Javaplant Extract Center

Javaplant lebih dahulu dikenal sebagai produsen ekstrak herbal. Seperti, ekstrak kunyit untuk bahan bumbu, dan pewarna produk mi instan dan makanan bayi. Ekstrak jahe untuk bahan minuman sekaligus bahan bumbu. Serta beragam ekstrak lain bahan pencampur atau tambahan untuk obat-obatan dan kosmetika.

Produk ekstraknya memasok kebutuhan perusahaan farmasi Detolmed Laboratories memang Javaplant ini sister company dari Deltomed. Sebagian ektrak juga diekspor ke manca negara.

Sejak 2007 Javaplant melihat peluang pasar yang besar di sektor industri makanan dan minuman. Contohnya, kebutuhan akan ekstrak teh hijau, yang banyak dipakai sebagai pelangkap tambahan untuk sampo, pasta gigi, moisturizer, dan sebagainya. Juga kebutuhan ekstrak teh hijau dan teh hitam untuk bahan pembuat minuman teh cepat saji instan drink (seperti teh kotak atau teh dalam botol).

Sebelumnya, industri minuman teh dalam sediaan instan drink mengimpor bahan baku ekstrak teh (teh hitam dan teh hijau) dari India dan Cina. Ironi, karena Indonesia terkenal sebagai penghasil teh kelima terbesar di dunia. Dari segi rasa dan aroma, teh asli Indonesia tidak kalah dan sudah punya nama di tingkat internasional.

Karena itu, tahun 2007 Javaplant membangun satu fasilitas produksi ekstrak teh hijau dan teh hitam dalam bentuk serbuk, dengan kapasitas 100 ton serbuk teh per bulan. Sebagiannya pun di ekspor ke pasar Amerika, dengan nama BTX (Black Tea Extract) dan GTX (Green Tea Extract). Hebatnya, Javaplant telah lolos uji berbagai persyaratan US Food Drug Administration. Menurut informasi, harga ekstrak teh Javaplant berkisar US$ 9-13/kg serbuk teh, sampai di tempat konsumen minimal order 1 ton. Adapun harga ekstrak herbal berkisar US$ 20 -1.000/kg.

Pemekaran bisnis dari herbal (farmasi) ke ekstrak teh (makanan dan minuman), merupakan langkah lanjutan Javaplant. Sebelumnya, perusahaan ini telah sukses memproduksi aneka ekstrak herbal berupa bubuk.

Menurut Junius Rahardjo, Chief Operating Officer PT Tri Rahardja, Javaplant merupakan produsen terbesar untuk ekstrak bubuk di Indonesia. Mampu memproduksi 15 ton perbulan untuk ekstrak herbal, dan 100 ton/bulan untuk green tea dan black tea. Dengan kapasitas sebesar itu, “Bahkan Javaplant bisa dibilang produsen ekstraksi terbesar di Asia Tenggara, dan khusus ekstrak kayu manis dan pasak bumi merupakan yang terbesar di dunia,” klaimnya.

Persaingan dalam memasok produk ekstrak ini, tidaklah mudah. Produsen mancanegara, seperti India dan Cina, terus mengincar pasar lokal kita. Juga sudah ada perusahaan-perusahaan lokal yang menjadi importir, antara lain mengimpor teh hijau dan teh hitam, serta ekstrak herbal lain dari Cina, India, dan Korea.

Untuk memenangi persaingan, Javaplant terus berupaya memberi servis dan kemudahan kepada pelanggan. Antara lain, kemasan yang customized, jaminan uang kembali, jangka pembayaran, pembayaran dengan mata uang rupiah, dan late time delivery yang sangat pendek.
Kehebatan Javaplant terletak pada komitmennya sebagai produsen ekstrak herbal asli Indonesia. Perusahaan ini pun menemukan momentum tren back to nature yang tepat. Javaplant terjun ke bisnis esktrak herbal sebelum pasar dalam negeri berkembang. Ketika pasar sudah bekembang seperti sekarang, Javaplant sudah siap segalanya.

Keberadaan korporasi industri di bagian pengolahan atau hilir dari produk-produk pertanian, seperti Javaplant ini, seharusnya dapat menginspirasi perusahaan daerah maupun swasta. Sudah saatnya industri pertanian Indonesia bergerak memasuki industri pengolahan yang bernilai tambah tinggi.

Sumber

http://www.javaplant.net